Architecture is My Life

Where you can see the future...

Bangunan Silodam

Bangunan Silodam di Belanda ini memang dari awal kita melihat sungguh sangat menarik sekali. Justru karena desakan ,maka bangunan ini lahir. Semakin banyaknya lahan tanah yang yang terpakai untuk bangunan tempat tinggal, komersil maupun ruang-ruang publik lainnya. Sama seperti di Indonesia, Jakarta khususnya bangunan ini sama persis tujuan pembangunannya. Hanya berbeda dalam tata letak pembuatannya. Jika di Indonesia dibangun di tengah2 lahan kosong yang berada di daerah padat penduduk, maka bangunan Silodam ini dibangun di daerah air atau lebih tepatnya di daerah sungai. Dan lagi bangunan ini tidak hanya semata-mata dibangun diatas aliran sungai, tetapi juga menggunakan material yang sungguh unik dimana material tersebut sangat jarang digunakan untuk membangun dalam proses pembangunan.Sungguh pintar memang salah satu arsitek terkenal belanda MVRDV, berasal dari tarikan garis seorang arsitek yang sudah sangat berpengalman dalam membangun dan salah satu arsitek terbaik dari Rotterdam yang pernah ada. Bangunan ini sungguh sangat menawan jika dilihat secara seksama penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan komposisi yang sungguh sangat pas jika dilihat. Seperti komposisi penempatan jendela, terhadap besar kecilnya maupun jarak antar jendela yang satu dengan yang lain. Sungguh komposisi yang menawan. Arsitektur seperti ini masa depannya akan terus berkembang dan akan bertambah banyak seiring berjalannya waktu. Mengapa? Ya, karena desakan ekonomi, maka orang mencari solusi rumah murah tapi masih layak untuk ditempati. Rumah yang mempunyai kelengkapan fasilitas yang kompak atau lengkap dalam satu kawasan. Dan juga karena daerah daratan di Belanda memiliki suatu kekurnagn yaitu berada lebih rendah dari permukaan air. Dan ini menyebabkan suatu saat ait akan menggenangi daratan di Belanda. Karena hal inilah maka daerah di Belanda sering dibuat sebuah DAM untuk menahan air dari laut maupun sungai dan nama-nama kota disana sering menggunakan kata Dam sibelakangnya. Seperti Amsterdam, Rotterdam. Sehingga rumah susun Silodam ini sangat cocok untuk dipilih karena bisa memenuhi tuntutan keadaan.

KLITREN 2012

20 Februari 2009, Atrium kampus elite
Pada suatu hari pukul 8 pagi di kampus elite yang berlokasi di daerah Klitren Yogyakarta, sedang berbincang – bincang dua orang sahabat baik yang menuntut ilmu di kampus elite tersebut. Mereka berdua adalah mahasiswa dari jurusan Arsitektur. Sarmin dan Bejo, Sarmin dari Surabaya dan Bejo dari Tulung Agung. Begini ceritanya....
“Eh kamu tadi ngerasain gempa bumi pagi jam 4 ga Min?”Bejo bertanya.
“Iya, wuih gila padaha aq lagi asik tidur tu,hehehehe....”Sarmin menjawab sambil tertawa.
“yah kamu Min orang lagi pada panik gitu kamu masih aja ketawa!”Bejo menggerutu.
“Ah kamu gitu aja,iya iya dech....”ujar Sarmin.
“Eh, trus kos kamu bagaimana?”tanya Bejo.
“Gila....KAPAL PECAH!He.....!”ujar Sarmin
“...................
Mereka masih terus saja mengobrol di kursi dalam ruangan atrium yg cukup besar itu. Mahasiswa Kampus elite tersebut mulai berdatangan. Sehingga menambah suasana ramai di sana. Drrrreeeeee...........e..e.e..er..a.a.t.tra.r.t.rt..a.tr..tra.tr.t.r.gr.g.dfd.ga.g.df/.?>?<><.dg,f.g.fd.d.d...df.s.df,sdf..........................................dddddddddddddddddddrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrttttttttttttttttttttttttttttttttt.,..................................Tiba – tiba saja gempa bumi mengguncang daerah Yogyakarta selama 20 dtk.
“Min........!”teriak Bejo memanggil Sarmin sahabatnya.
“Yo a.........!”jawab Sarmin.
“Kamu tidak apa – apa?” tanya Bejo.
“Aku baik – baik saja.”jawab Sarmin.
“Wah gila semua hancur.......!”ujar Bejo.
“TOTAL DESTRUCTION!”jawab Sarmin.
“Apaan tu?”tanya Bejo.
“Penghancuran total bloon....!”Sarmin menjawab.
“Wah kita harus balik ke kos nih!”ujar Bejo.
“Sepertinya tidak perlu lagi. Lhat saja bangunan kampus kita saja yang merupakan bangunan terkokoh di daerah Yogyakarta saja bisa hancur lebur dibuatnya. Apakagi kos – kosan tempat kita tinggal. Pasti sudah rata”ujar Sarmin.
“Teman – teman yang lain bagaimana?”tanya Bejo.
“Oh iya bagaimana ya mereka?ujar Sarmin.
Tiba – tiba saja orang – orang berlarian sambil berteriak....
“Air.....................................................”
“Air.....................................................”
“Air.....................................................”
Dengan segera air memenuhi daerah Klitren yang secara otomatis berarti daerah selatan Klitren benar – benar terendam air.
“Wah asin........”ujar Bejo.
“Kalau begitu ini berarti Tsunami, brarti pusat gempa ada di laut. Jangan – jangan Bantul benar – benar habis termakan air.”ujar Sarmin.
“Wha..................................................”Bejo berteriak karena kaget.
“Sial.....apa yg harus kita lakukan?”gerutu Sarmin.

Karena cerita terlalu kejam dan sadis maka cerita akan langsung berlanjut ke tahun 2012

20 Februari 2012, Klitren Floating Doom.
“Wah akhirnya karya kita berhasil dan berfungsi dengan baik.”ujar Sarmin.
“Wuih.... iya ni, berkat kerjasama penduduk dan pemerintah.”jawab Bejo.
Mereka berdua baru saja menyelesaikan tahap akhir pembuatan Floating Doom. Dimana Floating Doom adalah tempat yg cukup luas dengan bentuk bundar dan berdiameter sekitar 1000m. Di Dalam Floating Doom ini terdapat semua fasilitas publik muilai dari Toilet sampai dengan Universitas. Dilengkapi juga dengan jalanan untuk akses penduduk ke tempat – tempat lain. Di sebelah luar Floating Doom ini ada pelabuhan dimana jika ingin ke daerah lain kita harus menyeberang dengan kapal atau Speedboat. Bangunan Floating Doom ini sesuai dengan namanya yaitu kubah terapung. Ya, ini lebih mirip dengan sebuah kapal daripada sebuah bangunan. Bangunan ini memang dirancang untuk bisa terapung sebab karena daerah Klitren termasuk seluruh daerah DIY sudanh tertutup oleh air Laut. Benar, ini semua akibat dari pemanasan global dimana sebenarnya permasalahan tersebut adalah akibat dari manusia itu sendiri. Akhirnya mereka harus menanggung akibat. Akan tetapi akibat kesalahan tersebut manusia cepat belajar sehingga banyak pemikiran – pemikiran baru dalam menciptakan sesuatu. Contohnya Floating Doom. Kalau tidak ada air maka karya ini tidak mungkin ada. Sehingga seluruh DIY saat ini berubah nama mnjadi YFD atau Yogyakarta Floating District. Dimana seluruh kabupaten dan kotamadya terbagi – bagi menjadi bagian Floating Doom Individu.
“Wah sekarang tidak takut banjir, gempa, Tsunami lagi ni.”ujar Bejo.
“Iya sih, tapi kalau kita mengalami kebocoran verabe juga nih.”ujar Sarmin.
“Ha........!Mudah – mudahan tidak!”Bejo berharap.
“Ayo kita ke Selatan! Kita harus ziarah ke teman – teman kita dulu. Di Floating Graveyard.”ajak Sarmin.
“Oke boz........!”Bejo menjawab.

SEKIAN

METAMORPH















Wajah Bandung kini sudah jauh berubah. Ketika jalan tol Cikampek – Padalarang belum dibangun, warga Jakarta harus membuang waktu lama diperjalanan melalui kawasan Puncak-Cipanas atau Purwarkarta guna berwisata di Bandung. Sangat lama. Tidak heran, dulu ada nama jamu yang dibuat khusus untuk pria dewasa dengan nama “Jamu Jakarta-Bandung”, untuk menyiratkan lamanya perjalanan menuju ke Bandung. Namun, entah mengapa, daya tarik Bandung sebagai tempat wisata dan belanja, tetap saja membuat orang tak lelah mengunjungi Ibukota Jawa Barat ini. Karena jarak tempuh yang lama, untuk berlibur ke Bandung beberapa tahun lampau, sulit rasanya kalau tidak bermalam. Minimal pendatang harus menghabiskan 1-2 hari di kota ini. Bisa dimaklumi jika bisnis properti seperti hotel, resor, vila, tempat rekreasi, pusat belanja dan cafĂ© terus menjamur. Belum lagi jumlah factory outlet yang kini tak mungkin dengan kedua belah jari tangan karena bejibunnya. Uniknya, Bandung bukan hanya dikenal oleh penduduk Indonesia saja,. Banyak warga negeri jiran asal Singapura, Bangkok, Malaysia dan China, sengaja datang ke Indonesia untuk sekadar belanja busana dan makan enak di Bandung. Beroperasinya jalan tol Cikampek - Padalarang sejak 5 tahun silam, membuat tren baru pertumbuhan kota Bandung. Akibat jarak Jakarta - Bandung yang semakin dekat, sejumlah kawasan baru dan proyek properti pun berkembang pesat. Jika sebelumnya pengembangan hotel dan rumah penginapan begitu menjamur, belakangan pembangunan apartemen, kota baru dan pusat belanja pun semakin marak. Sejumlah pusat belanja baru kini telah banyak beroperasi di Bandung. Metamorfosis Bandung kini terus terjadi. Seperti metamorfosis katak dari sekedar berudu yang hanya bisa di bergerak di air menjadi seekor katak yang bisa berjalan kian kemari dengan bebas dengan lompatan-lompatan yang luar biasa. Dari sekadar tempat leyeh-leyeh dan bersantai, berubah menjadi tempat bisnis dan industri. Bandung juga kini bukan lagi tempat singgah, tapi juga tempat investasi berprospek dan tempat tinggal masa depan. Pembangunan sebuah proyek bangunan baru serta larisnya penjualan rumah di salah satu proyek kota baru di Bandung, menandai adanya metamorfosis tersebut.

Sequence of Kauman

Anggota di kelompok kami ada empat orang, yaitu Aris, Nana, Ricky dan saya sendiri. Dalam pembuatan tugas teori tentang serial vision di Kauman ini saya berperan cukup banyak. Mulai dari menggambar hingga mencetak. Tetapi saya akan memulainy adari awal perjalanan pembuatan tugas ini. Dalam proses pembuatan banyak sekali hal-hal yang saya dan teman-teman temui. Mulai dari yang bagus hingga jelek. Sebenarnya saya sendiri jika disuruh cerita tentang peran saya dalam pembuatan tugas ini, agak bingung harus memulai dari mana. Tapi saya akan coba ceritakan.
Dalam tugas teori ini Bu Imelda membagi menjadi 2 tahap pembuatan. Pertama-tama kita harus presentasi tentang perjalanan kita dalam menemukan serial vision di Kauman. Bu Imelda membagi tahap presentasi menjadi dua pertemuan. Pada saat pertemuan pertama saya rasa Bu Imelda sediit kesal karena pada saat itu yang maju presentasi hanya 3 kelompok saja. Padahal jmlah keseluruhan ada 15 kelompok dan seharusnya yang maju sejmlah 8 orang. Cerita puya cerita ternyata maksud Bu Imelda untuk tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan Serial Vision di Kauman adalah supaya nanti Bu Imelda bisa mengkoreksi apa ada yang salah dan perlu untuk diperbaiki. Karena setelah presentasi tugas yang kita buat inu harus disajikan dalam bentuk poster. Dimana untuk menmbuat poster ini cukup banyak menguras kantong kami.
Kami sendiri meju presentasi untuk tugas teori ini tepat setelah pulang dari mata kuliah teori arsitektur itu sendiri. Karena kami hanya punya waktu sedikit karena beberapa dari kami harus pulang ke Solo. Kami berangkat sekitar pukul 15.00 WIB. Waktu itu saya memboncengkan Ricky dan Aris memboncengkan Nana. Kami tiba 15 menit setelahnya. Kami parkir di depan sebuah toko buku, tepatnya disebelah pintu masuk Kauman Utara bagian Barat. Kemudaian kami langsung menuju pintu yang disebelah Timur karena kami ingin memulai perjalanan dari pintu gerbang tersebut.
Kami kemudian memutuskan untuk mengabil gambar di depan pintu gerbang Timur ini dan menjadikannya sebagai salah satu Serial Point yang semuanya terdiri dari 3 buah. Dan ini merupakan titik awal perjalanan kami mencari Serial Vision di Kauman. Kenapa kami memutuskan mengambil serial vision disini? Karena di pintu masuk ini merupakan titik awal sebuah perjalanan untuk menuju sebuah gedung besar yang ada di bagian tengah dari kampung Kauman itu sendiri. Setelah kami masuk ke dalam gerbang suasana yang tadinya berisik karena bunyi-bunyi dari kendaraan yang yang lalu-lalang diluar yuang mana jalan raya di depan pintu masuk Kauman ini merupakan jalan raya yang padat dan tak pernah sepi dilalui kendaraan dan juga diutambah dengan berdirinya sebuah rumah sakit yaitu Rumah Sakit PKU Muhammadiah semakin menambah ramainya suasana di luar pintu gergang berubah menjadi sunyi dan tenang. Seolah-olah kami seperti berada di dalam kampung yang terletak di daerah pedalaman yang sunyi. Kami kira ini karena pintu dari gerbang yang kecil menahan suara-suara yang masuk ke dlam kampung. Juga karena sempitnya jalan menghambat suara untuk menyebar. Oh ya saya hampir lupa, sebenarnya kami mempunyai tema dalam mengerjakan tugas teori ini. Tema kami adalah “feel with walk”. Mengapa kami memilih tema ini sebagai tema untuk mengerjakan tugas teori ini? Karena untuk merasakan yang namanya serial vision kami harus berjalan. Kare serial vision tersebut terjadi hanya karena kita berjalan. Jika tidak berjalan atau hanya diam saja maka kami tidak akan merasakan serial vision. Serial vision dihasilkan dari perubahan penglihatan dan suasana. Sequence yang terjadi juga karena kita berjalan. Jadi jika kita berjalan dari gerbang masuk Kauman maka kita akan melihat pucuk sebuah bangunan yang kita sebenarnya tdak tahu itu bangunan apa sehingga memaksa kita untuk terus berjalan sampai akhirnya kita bisa melihat secara langsung apa sebenarnya yang kita cari disana.
Saya memulai memfoto-foto bagian yang sekiranya penting. Kami juga menemui sebuah masjid kecil tapi tempatnya hampir tidak terdeteksi. Ketika kami masuk suasana benar-benar sepi saya sendiri berpikiran apakah ini sebuah kampung atau kampung tua yang tak berpenghuni. Mungkin akibat perang masa lalu atau apa. Saya tidak menemukan jawabannya. Walalupun ini yang kedua kalinya kami kesana kami masih bingung kenapa daerah ini begitu sunyi. Berbeda dengan kampung-kampung lainnya yang masih terlihat banyak aktifitas warganya. Rumah-rumah disini juga terlihat sangat sempit atau boleh dibilang memakskan karena hampir setiap ruamh tidak memiliki lahan pribadi untuk menanam sayuran mungkin atau menjemur. Bahkan jika saya lihat-lihat banyak rumah yang dibuat tingkat karena saya juga tahu bahwa tidak mungkin para penduduk mempunyai lahan yantg lebih luas daripada yang mereka miliki sekarang kecuali ada warga yang menjual rumah dan lahannya. Waktu pelajaran Bu Imelda pernah mengatakan bahwa kampong Kauman merupakan kampong tempat dimana para “Kaum” tinggal. Diamana kami sendiri belum begitu tahu apa sebenarnya “Kaum” itu.
Kami terus berjalan dan berjalan. Kami melewati sebuah gang. Saya mengambil foto disana. Kami terus melanjutkan perjalanan dan kami menemukan sebuah keanehan. Apa keanehan tersebut? JAdi kami menemukan bahwa jalan kecil yang menyerupai lorong yang kami lewati tadi berubah mnjadi jalan yang cukup lebar bahkan lebih dari dua kali jalan yang sebelumnya. Entah kenapa tiba-tibaberubah begitu saja. Dan ternyata tidak hanya itu bahkan di tengah-tengah jalan juga dipasangkan berderet-deret lampu penerangan jalan. Lantas kami langsung saja memeutuskan bahwa disinilah serial point kami yang kedua.
Saya langsung mengambil beberapa foto sekiranya. Akan tetapi sebenarnya yang mengambil foto bukan hanya saya tapi malah hamper semua dari kami mengmbil foto disana. Karena kami sendiri juga bingung apa yang seharusnya kami lakukan. Bukan karena kami tidak mengetahui apa yang harus kami lakukan. Hanya saja kami bingung. Mengapa? Karena bebverapa kelompo yang yang maju sebelum kami hanya menampilkan sesuatu yang sama dan kami sebenarnya tidak mau membuatnya sama. Karena nantinya justru akan menyebabkan kebosanan bagi para pendengar ataupu penonton. Lantas kita memikirkan apa sih yan harus kita lakukan agar presentasi dan hasil yang kita lakukan bias maksimal, tidak sama dengan yang lain tetapi juga tidak menyimpang dari tujuan tugas teori ini sebenarnya. Akhirnya kami memutuskan untuk hanya memakai 3 serial point untuk serial vision kami. Karena banyak dari kelompok lain menggunakan lebih daripada itu. Dalam pemikiran saya pribadi sebenarnya juga lebih baik hanya tiga karena yang benar-benar membuat perbedaan hanya memang tiga. Lantas yang satu lagi yang mana? Yang satu lagi setelah kita tempuh perjalanan lagi sekitar beberapa puluh meter. Yaitu tepat di pertigaan yang ada di ujung jalan.
Karena pandangan kita terhenti di jalan ini. Kami melihat gedung yang tadinya hanya terlihat pucuknya saja, sekarang kami sudah dapat melihatnya secara 80%. Karena memang dari bangunan itu sendiri ditutupi oleh sebuah penghalang dinding ynag cukup besar. Tepat di dinding tersebut ada sebuat monument. Dan di pelataran dinding tersebut juga dihias hingga menerupai taman kecil. Cukup indah untuk dilihat. Dipojokan pertigaan sepertinya dibuat warung tapi saya tidak tahu persis karena tidak teralu jelas karena hanya kecil. Lalu saya mengmbil beberapa foto. Begitu pula dengan teman yang lain. Lalu kami istirahat sebentar. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke arah barat. Journey to the west. Kedengarannya seperti sebuat film??? Oh ya, film “Kera Sakti”,he….
Kami melanjutkan perjalanan dan saya tersentak. Karena motif jalan yang kami lalui hampir sama dengan sebelumnya. Hanya bedanya ini seperti dari arah sebaliknya. Jadi jalan yang ada merupakan jalan lebar yang di tengah-tengahnya ada lampu penerangan. Kemudian kami terus melangkah dengan pasti. Ya, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya bahwa motif jalan yang kita lalui ini hampir sama dengan sebelumnya. Tiba-tiba saja jalan berubah semakin kecil seakan-akan kita meninggalkan sesuatu yang begitu besar dan layak untuk kita berjalan kembali ke arah sebaliknya.
Saya menyimpulkan arti dari semua ini adalah jalan yang bermotif kecil ke besar ini dimaksudkan untuk menyongsong sesuatu yang besar dan agung yang disucikan. Semakin mendekati semakin besar. Ini unik sekali karena dimana-mana yang ada jalan lebar selalu sama walaupun ada dibeberapa tempat dimana jalannya berubah-ubah ukurannya tapi itu pun karena alasan tempat. Berbeda denagn yang kita lihat di dalam kampung Kauman yang tepatnya ada di sebelah Barat Alun-alun Utara Kota Yogyakarta. Saya dan teman-teman mengambil beberapa gambar untuk didokumentasikan dan presentasi.
Kemudian ada perempatan kami belok ke kanan dan jalan disini memang cenderung sama lebar. Jika pun ada beberapa perbedaan itu pun tidak signifikan seperti jalan yang mendekati Masjid Besar Kauman. Kami terus berjalan dan sebelum mendekati gerbang keluar kampung Kauman biasanya pada waktu bulan puasa banyak orang berjualan makanan-makanan ringan. Kemudian kami keluar tapi untuk mencapai gerbang kampung Kauman ini kami harus berjalan seikit menanjak ke pintu gerbang. Akhirnya kami sampai juga diluar. Di dalam kampung akuman ini kami menghabiskan waktu sekitar 1 jam. Kami kemudian akhirnya kembali lagi ke kampus.
Setelah sampai di kampus kami merapatkan kapan kami akan membuat presentasi ini. Akhirnya setelah melewati beberapa hari kami memutuskan untuk melaksanakannya pada hari kamis. Pada hari kamis kami bertemu dan kami membuat tugas presentasi teori arsitektur ini kemudian masing-masing dari kami diminta untuk membuat sketsa dari foto-foto yang sudah kita ambil beberapa waktu silam di kampung Kauman. Saya kebetulan mendapat tugas untuk menggambar sketsa pintu gerbang Kauman. Dan kami akhirnya bertemu kembali ketika hari jumat. Saya datang terlambat, padahal teman-teman sudah menunggu. Untung saja saya datang tepat waktu, karena ketika saya masuk dalam kelas kelompok kami langsung maju untuk presentasi. Tapi hasilnya tidak sia-sia. Menurut Bu Imelda presentasi kami sudah cukup bagus. Istilahnya singkat padat jelas. Karena kami memang tidak memberikan penjelasan yang berbelit-belit. Apalagi waktu itu tidak ada yang bertanya pada kelompok kami.
Kemudian hari kamis sebelum pengumpulan poster kami membuat rancangannya dulu. Waktu itu kami kira harga pencetakan untuk posternya hanya menghabiskan dana dua piluh ribuan ternyata ratusan yang kami dapat. Kemudian saya punya langganan di dekat terban dan mendapat diskon sebesar 20%. Lumayan karena kami masih harus membeli figura. Akhirnya selesai juga tugas kami semua. Tinggal mengumpulkan. Terima kasih. Jika ada salah kata baik sengaja mau tidak sengaja mohon dimaafkan.

Space Experience at "Kampoeng Tempoe Doeloe"


Waktu saya memasuki ruang pameran arsitektur karya teman-teman mahasiswa angkatan 2008 yang bertajuk “Eksotisme Kampoeng Tempoe Doeloe” memberikan kesan bahwa sebenarnya tidak benar-benar menunjukan sebuah kampung, justru terlihat seperti saerah persawahan. Karena begitu banyak gazebo yang dibangun, seolah-olah memang benar-benar sawah. Ketika masuk yang saya rasakan seperti masuk dalam sebuah tempat acara perkawianan karena gapura yang dibuat terdiri dari berbagai macam hasil-hasil bumi. Waktu masuk saya kebingungan untuk orientasinya, karena arah-arah masuk dan keluar kurang tertata dengan baik. Sehingga orang-orang yang masuk dibuat cukup membingungkan untuk harus menuju kemana dulu. Yang membuat saya sedikit merinding adalah adanya kuburan di sebelah pojok selatan ruang pameran. Terlebih lagi dengan adanya kemenyan-kemenyan dan dupa-dupa yang dipasang semakin menambah kesan angker pada ruang pameran tersebut. Saya jadi berpikir ini sebenarnya desa atau kuburan ya? Kok ada yang beginian? Setahu saya jangankan desa bahkan di kota pun ada tempat yang semacam itu (kuburan). Gazebo yang dibuat teman-teman mahasiswa cukup membuat saya takjub, mengapa? Lha kita kuliah juga baru 3 bulan sudah bisa membuat gazebo yang cukup menarik. Teman-teman mahasiswa juga menmpilkan beberapa karya arsitektur berupa maket gambar dan lain sebagainya dan ini memang rencana dari awal karena yang dibuat adalah pameran. Dari situ saya menyimpulkan bahwa teman-teman sudah membuatnya dengan kerja keras. Saya senang waktu itu, jujur saya hanya panitia acara talk show. Saya tidak tahu bagaimana pameran itu akan dibuat sebelumnnya. Ternyata pamerannya akan berjalan baik dengan interior dan eksterior yang keren menurut saya. Karena kebanyakan orang sekarang lebih memilih segala sesuatunya yang modern dan melupakan yang kuno. Saya seperti kembali ke desa sewaktu mausuk ruang pameran tersebut. Hanya saja saya sempat tertawa kecil karena alasan yang yang pernah saya sebutkan di awal yaitu sebenarnya apakah tema ini cocok?Menurut saya suasana ini lebih cocok dengan persawahan bukan kampung. Yang saya tahu kampung itu adalah suatu tempat dimana sekumpulan keluarga berkumpul membangun rumahnya masing-masing. Atau ada sebuah keluarga membangun rumah dan kemudian diikuti oleh penduduk lainnya. Tatapi yang terlihat disana hanya gazebo yang notabene biasanya hanya ad disawah. Memang saya merasakan suasana pedesaan dimana bambu-bambu diapakai dalam pembuatan gazebo dan aksesoris pameran. Di pedesaan saya masih sering melihat bambu-bambu dipakai dalam membuat bangunan. Saya senang jika memasuki kawasan kampung pedesaan karena hawa yang masih asri dan belum banyak gangguan dari luar. Keadaan yang sunyi berbeda dengan di kota yang isinya kebanyakan adalah kesibukan yang benar-benar luar biasa. Jika memasuki kawasan kampung pedesaan saya merasakan adanya ikatan kekeluargaan yang begitu erat. Begitu juga dengan individu-individunya yang masih bersemangat. Apalagi di kawasan kampung pedesaan para orang tua yang saya temui bukannya berdiam diri di rumah atau bersantai-santai namun justru melakukan kegiatan kerja yang menurut saya benar-benar berat bahkan saya sendiri pun tidak yakin bisa melakukannya sendirian. Masih banyak penduduknya yang memakai sepeda untuk transportasi dari rumah untuk bepergian. Oh ya, di ruang pameran yang diselenggarakan teman-teman mahasiswa kemarin juga meletakkan sebuah sepeda di pelataran ruang pameran. Benar-benar ingin menggambarkan sebuah pemandangan kampung tempo dulu. Tapi saya juga berpikir lagi sebenarnya ingin kampung tempo dulu yang tahun berapaan karena pada zaman majapahit saja sudah muncul perkampungan. Tapi jelas belum ada sepeda di zaman itu. Akhir kata saya hanya ingin menggungkapkan isi hati saya bahwa sebenarnya kita sebagai penerus bangsa jangan sampai melupakan kebudayaan tempo dulu, tetapi belajar untuk menghargai karya masa lalu sebagai inspirasi untuk pembanguna kedepannya. Ayo kita turun ke kampung dan kita sukseskan suasana asri yang terkenal nyaman dan tenang itu.He……..

Tes Tengah Semester

Tipe Ruang
1. Tipe 1/Ruang Linear, saya mengambil gambar kursi di pinggiran fakultas(gambar 1). Kursi ini dapat diperpanjang, sehingga ruangan tempat kursi-kursi ini disebut ruang tipe 1. Orang-orang yang duduk di kursi ini menghadap keluar. Dan orang yang ingin berhubungan dengan orang yang duduk mereka akan saling berhadap-hadapan.
2. Tipe 2/Ruang Radial, saya mengambil gambar di ruang perpustakaan. Saya ambil foto dari rak-rak buku yang mempunyai 2 sisi yang saling berpunggungan(gambar 2). Sehingga setiap orang yang ingin mengambil buku akan menghadap masuk ke rak buku.
3. Tipe 3/Ruang Sentral, saya mengmbil gambar di ruang koperasi(gambar3). Jika dilihat dari luar maka dinding koperasi ini akan terlihat sebagai punggung. Orang yang ingin berbelanja harus masuk kedalam dan mereka melihat dinding koperasi sebagai muka karena setiap barang dagangan diletakkan di pinggiran koperasi. Dan semua orang yang masuk akan melihat muka di semua sisi-sisinya kecuali pintu tempak masuk.
4. Tipe 4/Intensifikasi ruang, saya mengambil gambar di gazebo sebelah lapangan badminton(gambar 4). Ruang ini mempunyai daya akses yang mudah. Secara tidak langsung setiap orang yang berkunjung pasti akan masuk kesana denagn maksud untuk mendapatkan naungan dari panas terik matahari maupun hujan. Ruangan itu menyedot banyak orang masuk kedalam. Namun saying ruangan tersebut kini menjadi sepi karena kurangnya akses dari luar.


Menghentikan aliran ruang tipe 1.
Ruang ini untuk dihentikan alirannya agar tidak semakin memanjang maka dapat diberikan sebuah penghalang di sisi-sisi kecilnya, missal vegetasi. Secara otomatis maka alirannya akan terhenti dan tidak akan memanjang lagi.
















Kauman


Pengalaman saya di Kauman benar-benar baru sampai-sampai saya tidak sadar kalau saya ada di Kauman. Loh!malah jadi bingung,he........ Jadi gini, waktu dsaya sampai disana susana yang saya rasakan benar-benar berbeda dari kebanyakn kampung yang pernah saya kunjungi. Waktu masuk suasana begitu tenang, sampai-sampai saya kira tidak ada penghuninya,he.... Orang-orang disana termasuk ramah karena sering menyapa kami. Tapi ada satu hal yang menurut saya ganjil, bukan ganjil sih tapi ane. Aneh??? Dari Pintu Timur kami masuk suasananya begitu tenang tapi begitu masuk ke bagian Barat, benar-benar ramai. Yang membuat Kauman ini kurang bersahabat adalah daerahnya yang begitu sunyi dan sempit sehingga bila tinggal disana tidak bisa punya mobil.He....... Dan satu lagi kami melihat disana bahwa penduduknya 100% memeluk agama Islam. Jadi yang nonIslam seperti aneh.he.....